KARIMUN- Musik Ghazal adalah satu dari sekian banyak kesenian
tradisional Melayu yang terancam punah, karena tak ada generasi muda
yang mewarisinya. Padahal musik ini memiliki alunan musik yang dapat
memanjakan siapa pun pendengarnya.
Kekhawatiran akan hilangnya warisan budaya leluhur dari Bumi Melayu
itu dikatakan Djakfar Sirat, Pimpinan Ghazal Sri Melati. Kecemasan
lelaki tua yang seharinya bekerja di KPBC Tanjungbalai Karimun itu cukup
beralasan, karena saat ini yang memainkan kelompok musik itu semuanya
sudah berumur lanjut.
"Bagaimana tidak cemas, saat ini hanya ada
dua kelompok Ghazal di Kepri yang satunya lagi berada di Pulau
Penyengat. Cobalah lihat, pemain-pemain Ghazal rata-rata sudah berusia
lanjut," ungkap Djakfar.
Selain itu, minimnya perhatian
pemerintah menjadi salah satu kendala berkembangnya kesenian Ghazal. Ia
berharap pemerintah membuka pelatihan musik ini kepada generasi muda,
agar warisan budaya Melayu ini tetap ada sepanjang masa.
Ghazal
Sri Melati pertama kali didirikan oleh almarhum Datuk Kenal Muse atau
yang biasa disebut Pak Lomak dari Kerajaan Melayu Johor Malaysia.
Setelah itu, Ghazal makin dilestarikan oleh M Sirat Sintal bersama
Jantan Setong pada 1974. Hingga sekarang, Ghazal Sri Melati dipimpin
Djakfar Sirat dan Bakrie Hasyim dan dibina Yusuf Sirat anggota DPRD
Kepri serta Amran Syahidid, Kadis Pertanian dan Kehutanan Karimun.
Selain
kelompok musik Ghazal Sri Melati, sebenarnya dulu ada beberapa kelompok
Ghazal lain, yakni Sri Karimun dan Sri Surya di Kecamatan Tebing. Tapi
seiring pergeseran waktu kedua kelompok itu sudah tak ada lagi. Bahkan,
sebagian personilnya ada yang bergabung ke Ghazal Sri Melati.
Personil
Ghazal Sri Melati terdiri dari Syafii Nazar memegang harmonium, gitar
melodi dipetik Djakfar Sirat, tabla oleh Abdul Wahab, biola oleh Jaaris,
Gambus oleh H Amran Syahidid dan Darmansyah, gitar bass oleh Joki atau
Molo, marakas oleh Mohammad Soleh Kamis, tamborine oleh Surya
Herlambang, dengan vokalis oleh Jamiah Sirat, Zainah Wahab, Fatimah dan
Achmadi.
Kelompok musik Ghazal bisa memainkan berbagai jenis
lagu seperti lagu Melayu, dangdut dan Timur Tengah, karena sebagian alat
musiknya juga berasal dari India dan Timur Tengah. Musik ini makin
jarang terdengar, hanya pada saat iven-iven tertentu saja musik ini
dimainkan, seperti Festival Musik Ghazal yang diadakan di halaman
kediaman dinas Bupati Karimun, Sabtu (10/3) malam atau saat ada
kunjungan kesenian dari Malaysia.
"Alhamdulillah, dengan adanya
festival kesenian ghazal yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya ini bisa kembali membangkitkan seni budaya Melayu yang sudah
diambang kepunahan ini. Setidaknya generasi muda mulai mengenal kesenian
khas nenek moyang mereka," ujar Djakfar
Petikan senar gambus
dari tangan H Amran Syahidid dan pukulan tabla Abdul Wahab ditingkah
gesekan biola miliknya Jaaris memanjakan telinga siapapun yang
mendengar. Alunan musik itu makin sempurna tatkala Syafii Nazar
memainkan tut harmonium dari jemarinya yang sudah tua itu. (ilham)
Sumber
19.10 |